Daftar Isi
BAB
I PENDAHULUAN
v Latar Belakang Masalah
v Rumusan Masalah
v Tujuan Penelitian
v Tempat Penelitian
BAB
II DASAR TEORI
v Teori Yang Digunakan Sebagai Landasan
BAB
III CARA KERJA PENELITIAN
v Alat dan Bahan Penelitian
v Langkah Kerja Penelitian
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
v Hasil Penelitian
v Pembahasan
BAB
V PENUTUP
v Kesimpulan
v Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pencemaran
udara atau polusi udara kian hari semakin meningkat, ini sangat memprihatinkan
mengingat pencemaran adalah hal yang sangat membahayakan bagi kelangsungan
makhluk hidup dan lingkungannya. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang
kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan
kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya
berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga, pembakaran
sampah, kebakaran hutan, dll. Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu
diwaspadai, tetapi organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan beberapa jenis
polutan yang dianggap serius.
Polutan
udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan,serta mudah merusak harta
benda adalah partikulat yang mengandung partikel aspa dan jelaga, hidrokarbon,
sulfur dioksida, dan nitrogen oksida. Semuanya diemisikan oleh kendaraan
bermotor. WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup
udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sedagkan 10% sisanya menghirup
udara yang bersifat marginal. Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak. Orang
dewasa yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang
yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun.
Celakanya, para penderita maupun keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai
akibat negatif tersebut berasal dari polusi udara akibat emisi kendaraan
bermotor yang semakin memprihatinkan.
Beberapa
hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala resikonya telah
dipublikasikan, termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah
berapa ribu warga kota yang meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran
pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru akibat polusi udara kota. Meskipun
sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar di Indonesia tidak biru
lagi. Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi
peningkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan
hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam
pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah
penderita penyakit asma dan kanker paru-paru.
Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan pencemaran
udara?
Pencemaran
udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara
yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam
udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama,
akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka
udara dikatakan telah tercemar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun
1999 mengenai Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran
udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke
dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi
fungsinya.
Apa saja faktor pencemaran udara?
1.
Kecepatan
kendaraan
Arus
lalu lintas kendaraan bermotor dengan kecepatan rata-rata rendah akan menyebabkan peningkatan konsentrasi
terutama partikel karbon dioksida (CO) dan hidrokarbon
(HC) yang lebih berbahaya mengganggu kesehatan daripada dengan kecepatan tinggi, dimana juga akan
memproduksi lebih banyak emisi gas buang yang mengandung
Nitrogen Oksid (NOx).
2.
Usia kendaraan
yang lama
Mesin
kurang berfungsi/sempurna akibat pemeliharaan dan suku cadang kendaraan yang terbatas/tidak diproduksi lagi.
3.
Kondisi lalu
lintas
Volume
lalu lintas yang cenderung tinggi memberikan andil terbesar pencemaran udara.
4.
Kondisi atmosfir
Perubahan
iklim atmosfir seperti menimbulkan panas global, efek rumah kaca, dan lain-lain.
Tujuan Penelitian
Pada
dasarnya geografi mempelajari tentang alam dan sekitarnya untuk itu kita tidak
hanya harus menguasai teori-teori saja, namun juga harus mahir dalam
menganalisis persoalan lingkungan. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran di
butuh kan penelitian.
Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana pencemaran udara yang terjadi di
bumi dan bagaimana cara kita mengurangi bahkan menanggulangi pencemaran
tersebut.
Penelitian
ini juga bertujuan untuk menyelesaikan tugas bab 4 mengenai lingkungan hidup
yang materinya mencakup pencemaran air, tanah, dan udara. Sebagaiman tugas kita
sebagai seorang pelajar dapat melakukan perubahan bagi lingkungan dan sekitar.
Diharapkan
dengan penelitian ini kita bisa mempelajari bagaimana cara menanggulangi
pencemaran yang terjadi di bumi kita.
Tempat Penelitian
Kota
Depok adalah kota kecil di selatan Jakarta yang sudah mulai mengalami polusi
udara yang cukup memprihatinkan. Walaupun Depok bukan merupakan kota
metropolis, tetapi karena letak nya yang menghubungkan dengan ibukota Jakarta
itulah yang menyebabkan Kota Depok menjadi jalur stategis dan dilalui banyak
kendaraan bermotor. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas udara di
kota tersebut. Kini udara di Kota Depok mulai tercemar dan itu sudah cukup
parah.
Polusi
udara lebih banyak di rasakan oleh orang orang yang sering berada di sekitar
jalan raya seperti pedagang kaki lima,pejalan kaki dan sebagainya. jika kita
ingin merasakan polusi udara, kita dapat pergi ke terminal bis ataupun di
sepanjang jalan raya. karena di tempat itulah terdapat banyak sekali kendaraan
bermotor yang mengeluarkan gas karbodioksida, dapat di bayangkan bagaimana
keadaan udara di daerah itu yang telah terkontaminasi dengan gas karbondioksida
berlebih, maka udara di sekitar daerah itu akan terasa lebih panas dari pada
udara di tempat lainnya.bukan hanya mengganggu aktifitas sehari hari tetapi
dapat pula menyebabkan penyakit gangguan pernapasan bagi orang yang tidak
terbiasa menghirup udara itu.
Tingkat
pencemaran udara di Kota Depok memang belum separah Kota Jakarta tetapi kita
harus mewaspadai dan berusaha untuk mengurangi tingkat pencemaran tersebut.
Kondisi itu akibat banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang lalu lalang di
beberapa ruas jalan utama di Depok, termasuk kendaraan angkutan umum yang
jumlahnya semakin hari semakin banyak saja. Jalan Margonda yang merupakan jalan
utama di Kota Depok mengalami tingkat pencemaran udara yang paling tinggi
dibandingkan dengan daerah lainnya.Tingginya tingkat pencemaran udara karena
arus lalu-lintas yang amat padat di daerah itu dibandingkan daerah
lainnya,salah satu alasan kepadatan arus lalu-lintas tersebut karena akses
Margonda yang merupakan pusat bisnis dan jalur yang menghubungkan langsung
dengan ibukota Jakarta, sehingga banyak kendaraan yang melintas di jalan yang
selalu macet hampir setiap hari tersebut.
BAB II
DASAR
TEORI
Definis udara menurut ahli :
ANAXIMENES
Menurutnya, udara merupakan zat yang
terdapat di dalam semua hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu.
Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala
sesuatu. Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul,
atau akan muncul sebagai bentuk lain.
Pengertian umum udara
Udara merujuk kepada campuran gas yang
terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen,
21% oksigen, dan 1% uap air, karbon dioksida , dan gas-gas lain.
Definisi
Pencemaran udara adalah kehadiran satu
atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang
dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika
dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh
sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik
seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi
udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat
langsung dan lokal, regional, maupun global.
Pencemar udara dibedakan menjadi dua
yaitu, pencemar primer dan pencemar sekunder.
·
Pencemaran Primer
Pencemar
primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. [Karbon monoksida]adalah
sebuah contoh dari pencemar udara primer
karena ia merupakan hasil daari pembakaran.
·
Pencemaran Sekunder
Pencemar
sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer.
Pembentukan ozon dalam
[smog fotokimia] adalah sebuah contoh
dari pencemaran udara sekunder.
Sumber Pencemaran Udara
Telah
disadari bersama, kualitas udara saat ini telah menjadi persoalan global,
karena udara telah tercemar akibat aktivitas manusia dan proses alam. Masuknya
zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran
hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut ; juga
sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas
transportasi, industri, pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi
ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga.
Terdapat 2 jenis pencemar yaitu
sebagai berikut :
a)
Zat pencemar
primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam konsentrasi yang
membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara alamiah seperti karbon
dioksida, yang meningkat diatas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak
biasanya, ditemukan dalam udara, misalnya timbal.
b)
Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia
berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia antar
komponen-komponen udara.
Sumber bahan pencemar primer dapat
dibagi lagi menjadi dua golongan besar :
1)
Sumber alamiah
Beberapa
kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, kegiatan
mikroorganisme, dan lain-lain. Bahan pencemar
yang dihasilkan umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu.
2)
Sumber buatan
manusia
Kegiatan
manusia yang menghasilkan bahan-bahan pencemar bermacam-macam antara lain adalah kegiatan-kegiatan
berikut :
a)
Pembakaran,
seperti pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri,
kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara
lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
b)
Proses peleburan,
seperti proses peleburan baja, pembuatan soda,semen, keramik, aspal. Sedangkan
bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain adalah debu, uap dan gas-gas.
c)
Pertambangan dan
penggalian, seperti tambang mineral and logam. Bahan pencemar yang dihasilkan
terutama adalah debu.
d)
Proses pengolahan
dan pemanasan seperti pada proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan
penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama asap, debu, dan bau.
e)
Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun
limbah rumah tangga. Pencemarannya terutama adalah dari instalasi pengolahan
air buangannya. Sedangkan bahan pencemarnya yang teruatam adalah gas H2S yang
menimbulkan bau busuk.
f)
Proses kimia,
seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi, proses pengolahan
mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan
antara lain adalah debu, uap dan gas-gas
g)
Proses
pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang
semacamnya. Bahan pencemarnya yang terutama adalah asap dan debu.
h)
Proses percobaan
atom atau nuklir. Bahan pencemarnya yang terutama adalah gas-gas dan debu
radioaktif.
Efek Negatif Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Tubuh
Tabel 1
menjelaskan tentang pengaruh pencemaran udara terhadap makhluk hidup. Rentang
nilai menunjukkan batasan kategori daerah sesuai tingkat kesehatan untuk dihuni
oleh manusia. Karbon monoksida, nitrogen, ozon, sulfur dioksida dan partikulat
matter adalah beberapa parameter polusi udara yang dominan dihasilkan oleh
sumber pencemar. Dari pantauan lain
diketahui bahwa dari beberapa kota yang diketahui masuk dalam kategori tidak
sehat berdasarkan ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) adalah Jakarta (26
titik), Semarang (1 titik), Surabaya (3 titik), Bandung (1 titik), Medan (6
titik), Pontianak (16 titik), Palangkaraya (4 titik), dan Pekan Baru (14
titik). Satu lokasi di Jakarta yang diketahui merupakan daerah kategori sangat
tidak sehat berdasarkan pantauan lapangan [1].
Tabel 1. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Kategori
|
Rentang
|
Karbon monoksida (CO)
|
Nitrogen (NO2)
|
Ozon (O3)
|
Sulfur dioksida (SO2)
|
Partikulat
|
Baik
|
0-50
|
Tidak ada efek
|
Sedikit berbau
|
Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat
kombinasi dengan SO2 (Selama 4 Jam)
|
Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat
kombinasi dengan O3 (Selama 4 Jam)
|
Tidak ada efek
|
Sedang
|
51 – 100
|
Perubahan kimia darah tapi tidak terdeteksi
|
Berbau
|
Luka pada Beberapa spesies tumbuhan
|
Luka pada Beberapa spesies tumbuhan
|
Terjadi penurunan pada jarak pandang
|
Tidak Sehat
|
101 – 199
|
Peningkatan pada kardiovaskular pada perokok
yang sakit jantung
|
Bau dan kehilangan warna. Peningkatan
reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma
|
Penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih
keras
|
Bau, Meningkatnya kerusakan tanaman
|
Jarak pandang turun dan terjadi pengotoran
debu di mana-mana
|
Sangat Tidak Sehat
|
200-299
|
Meningkatnya kardiovaskular pada orang bukan
perokok yang berpenyakit Jantung, dan akan tampak beberapa kelemahan yang
terlihat secara nyata
|
Meningkatnya sensitivitas pasien yang
berpenyakit asma dan bronchitis
|
Olah raga ringan mengakibatkan pengaruh
parnafasan pada pasien yang berpenyaklt paru-paru kronis
|
Meningkatnya sensitivitas pada pasien
berpenyakit asma dan bronchitis
|
Meningkatnya sensitivitas pada pasien
berpenyakit asma dan bronchitis
|
Berbahaya
|
300 – lebih
|
Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi
yang terpapar
|
Sumber: Bapedal [1]
Tabel 2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
Pencemar
|
Sumber
|
Keterangan
|
Karbon monoksida (CO)
|
Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses
industri
|
Standar kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm)
|
Sulfur dioksida (S02)
|
Panas dan fasilitas pembangkit listrik
|
Standar kesehatan: 80 ug/m3 (0.03 ppm)
|
Partikulat Matter
|
Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses
industri
|
Standar kesehatan: 50 ug/m3 selama 1 tahun;
150 ug/m3
|
Nitrogen dioksida (N02)
|
Buangan kendaraan bermotor; panas dan
fasilitas
|
Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05 ppm)
selama 1 jam
|
Ozon (03)
|
Terbentuk di atmosfir
|
Standar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12 ppm)
selama 1 jam
|
Sumber: Bapedal [2]
Tabel 2 memperlihatkan
sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui
keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun mencatat bahwa adanya
penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori baik untuk dihirup dari
tahun ke tahun sangat mengkhawatirkan. Dimana pada tahun 2000 kategori udara
yang baik sekitar 32% (117 hari dalam satu tahun) dan di tahun 2003 turun
menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun) [3]. Hal ini menandakan
Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan tentang pengurangan emisi baik
sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut. Selain itu tentunya
penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan
pengaplikasiannya di masyarakat menjadi suatu prioritas utama bagi pengendalian
polusi udara di Indonesia.
Zat-zat yang menyebabkan pencemaran
udara
Karbon
Monoksida
Karbon
monoksida, rumus kimia CO,
adalah gas yang
tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atomkarbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen.
Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satuikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen. Karbon monoksida
dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi
pada mesin pembakaran
dalam. Karbon monoksida terbentuk
apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon dioksida
mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida.
Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran yang penting dalam teknologi
modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon.
Karbon monoksida, walaupun dianggap
sebagai polutan, telah lama ada di atmosfer sebagai hasil produk dari aktivitas gunung berapi. Ia larut dalam lahar gunung berapi pada tekanan yang
tinggi di dalam mantel bumi. Kandungan karbon monoksida dalam gas gunung berapi
bervariasi dari kurang dari 0,01% sampai sebanyak 2% bergantung pada gunung
berapi tersebut. Oleh karena sumber alami karbon monoksida bervariasi dari
tahun ke tahun, sangatlah sulit untuk secara akurat menghitung emisi alami gas
tersebut.
Karbon monoksida memiliki
efek radiative forcing secara tidak langsung dengan menaikkan
konsentrasi metana dan ozontroposfer melalui reaksi kimia dengan konstituen atmosfer
lainnya (misalnya radikal hidroksil OH-)
yang sebenarnya akan melenyapkan metana dan ozon. Dengan proses alami di
atmosfer, karbon monoksida pada akhirnya akan teroksidasi menjadi karbon dioksida.
Konsentrasi karbon monoksida memiliki jangka waktu pendek di atmosfer. CO
antropogenik dari emisi automobil dan industri memberikan kontribusi pada efek rumah kaca dan pemanasan global. Di daerah perkotaan, karbon monoksida, bersama dengan aldehida,
bereaksi secara fotokimia, meghasilkan radikal peroksi. Radikal peroksi bereaksi dengan nitrogen
oksida dan meningkatkan rasio
NO2 terhadap NO, sehingga mengurangi jumlah NO yang tersedia untuk
bereaksi dengan ozon. Karbon monoksida juga merupakan konstituen dari asap
rokok.
Oksida
Nitrogen
Nitrogen
oksida sering disebut dengan NOx, karena oksida nitrogen mempunyai 2 macam
bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat gas
NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak
berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat
hidung.
Dari seluruh jumlah NOx yang
dibebaskan ke atmosfer, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang
diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi poluasi NO dari sumber alami ini
tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlahnya
menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah polusi NO yang diproduksi oleh
kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat hanya pada tempat-tempat
tertentu.
Konsentrasi
NOx di udara di daeraah perkotaan biasanya 10-100 kali lebih tinggi
daripada di udara daerah pedesaan. Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan
dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi nitrogen oksida
dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang
diproduksi manusia adalah dari pembakaran, dan kebanyakan pembakaran disebabkan
oleh kendaraan, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi
NOx yang dibuat manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas alam
dan bensin.
Udara
terdiri dari sekitar 80% volume nitrogen dan 20% volume oksigen. Pada suhu
kamar kedua gas ini hanya sedikit mempunyai kecenderungan untuk bereaksi satu
sama lain. Pada suhu yang lebih tinggi (di atas 1210oC) keduanya dapat bereaksi
membentuk nitric oksida dalam jumlah tinggi sehingga mengakibatkan polusi
udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210-1765oC
dengan adanya udara, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang
penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dalam proses
pembakaran.
Pembentukan
NO dirangsang hanya pada suhu tinggi, oleh karena itu NO di dalam campuran
ekuilibrium pada suhu tinggi akan terdisosiasi kembali menjadi N2 dan
O2 jika suhu campuran tersebut diturunkan perlahan-lahan untuk memberikan
waktu yang cukup bagi NO untuk terdisosiasi. Akan tetapi jika campuran
ekuilibrium tersebut didinginkan secara mendadak, akan banyak NO yang masih
terdapat pada campuran suhu rendah tersebut. Pendinginan cepat tersebut sering
terjadi pada proses pembakaran.
Oksida
Sulfur
Gas
belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx, terdiri dari gas SO2 dan
gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau sangat
tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif.
Gas SO3mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam
sulfas atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan)
benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses pengkaratan
(korosi) dan proses kimiawi lainnya. Konsentrasi gas SO2 di udara akan
mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala konsentrasinya berkisar
antara 0,3 – 1 ppm.
Hanya
sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfer merupakan hasil dari
aktivitas manusia, dan kebanyakan dalam bentuk SO2 . Sebanyak dua pertiga
dari jumlah sulfur di atmosfer berasal dari sumber-sumber alam seperti volcano,
dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh polutan
yang dibuat manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga
terkonsentrasi pada daerah tertentu, bukan dari jumlah keseluruhannya,
sedangkan polusi dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Transportasi
bukan merupakan sumber utama polutan SOx tetapi pembakaran bahan bakar
pada sumbernya merupakan sumber utama polutan SOx, misalnya pembakaran batu
arang, minyak bakar, gas, kayu dan sebagainya.
Pembakaran
bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur
oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup, SO2selalu
terbentuk dalam jumlah terbesar. Jumlah SO2 yang terbentuk dipengaruhi
oleh kondisi reaksi, terutama suhu dan bervariasi dari 1 sampai 10% dari total
SOx.
CFC
CFC
merupakan kepanjangan dari (Chloro Fluoro Carbon) atau yang disebut sebagai
Freon, CFC ini menyerang Ozon, akibatnya kandungan Ozon di angkasa menipis dan
mengakibatkan lubang di kutub utara dan selatan, sehingga UV (ultraviolet)
mampu menerobos masuk ke atmosfer dan menyebabkan terjadinya radiasi. Radiasi
dari UV ini akan mengakibatkan kanker kulit jika terkena langsung kulit manusia
dalam waktu yang cukup lama, apalagi bagi manusia yang mempunyai hobi berjemur.
Jika lapisan ozon semakin menipis dan berlobang, maka bumi ini seakan telanjang
dan tidak ada lagi pelindung dari radiasi UV. CFC ini dua ribu kali lebih
efektif memperangkap radiasi gelombang panjang daripada karbon. Menurut CFC ini
dapat bertahan di atmosfer selama beberapa dekade, sedangkan satu molekul
karbon dioksida dapat bertahan sampai 100 tahun, satu molekul nitrous oksida
selama 170 tahun, dan satu molekul metana selama 10 tahun.
Hidrokarbon
Hidrokarbon
adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H).
Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang
berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai
pengertian dari hidrokarbon alifatik. Sebagai
contoh, metana (gas rawa)
adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon
(lebih terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu
dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon:
C2H6. Propana memiliki
tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2).
VOC
VOC
adalah volatile organic compounds atau senyawa organik yang mudah
menguap. Sesuai dengan namanya, senyawa ini mudah menguap di udara bebas.
Dengan sifatnya ini, maka orang-orang yang dalam kesehariannya berkutat dengan
zat kimia ini memiliki risiko keterpajanan yang sangat tinggi. Apalagi zat
pelarut yang digunakan sebagai pelarut dalam banyak industri manufaktur
sebagian besar menggunakan VOC, misalnya benzena dan toluena, yang
oleh Environmental Protection Agency (EPA) dalam golongan 2B
(possible human carcinogenic).
Ozon
(O3)
Ozon
merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen
dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi
lapisan ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet
(UV-B). Ozon terbentuk di udara pada ketinggian 30km dimana radiasi UV matahari
dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2)
menjadi atom oksigen, tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom oksigen
secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat
di daerah panjang gelombang 240-320 nm.
Khlorin
(Cl2)
Gas
Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat
jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida
yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan
pada perang dunia ke-1.Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan
iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan
paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida
yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan peradangan. Gas
khlorin juga dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan oksigen seperti
pada proses yang terjadi di bawah ini.
Partikulat
Debu (TSP)
Pada
umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang
dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini
bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya,
karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian
atas dan menyebabkan iritasi.
Timah
Hitam (Pb)
Gangguan
kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein
yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin,
Gejala keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat
menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa
menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala, anemia,
kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan.
Parameter
Kualitas Udara
Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melakukan pemantauan
terhadap beberapa parameter kualitas udara yang berdampak negatif terhadap keselamatan
dan kesehatan masyarakat. Pendirian jaringan pemantauan kualitas udara di
Indonesia berkaitan erat dengan program-program Badan Meteorologi Se Dunia
(WMO) antara lain Program Global Ozone Observing System (GO3OS) di tahun
1950-an, Program Background Air Pollution Monitoring Network (BAPMoN) di tahun
1960-an, Program Global Atmosphere Watch (GAW) tahun 1989 dan Program GAW Urban
Research Meteorological and Environment (GURME) tahun 1999. Sampai saat ini
stasiun pemantau terdiri atas 26 stasiun pemantau kimia air hujan(KAH) serta 37
stasiun pemantau konsentrasi debu (SPM).
Sampai
saat ini BMKG memiliki 43 jaringan stasiun pemantau kualitas udara. Dari 43
Stasiun/ Unit Kerja Pemantau Kualitas Udara, melakukan pengamatan parameter
kualitas udara sebagai berikut: Sebanyak 41 Stasiun melakukan pengamatan SPM
(Suspended Particle Matter), dan 29 stasiun diantaranya selain SPM juga
melakukan pengamatan komposisi kimia atmosfer/tingkat keasaman/kimia air hujan.
Lima
(5) stasiun berada di wilayah DKI Jakarta, dan khususnya di kantor Pusat BMKG
Jakarta selain melakukan pengukuran SPM dan komposisi kimia air hujan, juga
melakukan pengukuran SO2, NO2, aerosol dan ozon permukaan. Sedangkan di Stasiun
Global Atmosphere Watch (GAW Station) yang berlokasi di Bukit Kototabang-
Sumatera Barat yang terletak pada posisi 00o 12′ 17″ LS dan 100o 19″ 15″ BT
pada ketinggian 864.5 meter di atas permukaan laut, dilakukan pemantauan
parameter kualitas udara yang lebih komprehensif, meliputi : Aerosol
PM10,PM2,5,NO2,SO2,CO,O3,Gas Rumah Kaca (CH4, CO2,N20,SF6) dan radiasi UV-B
Fungsi stasiun GAW adalah untuk
mengkoordinasikan pengamatan dan penelitian perubahan komposisi atmosfer dengan
tujuan : – Memahami peranan kimia atmosfer kaitannya dengan perubahan iklim
regional-global. – Mengevaluasi pengaruh kimia atmosfer terhadap lingkungan.
Potensi yang dimiliki oleh Laboratorium Kualitas Udara Badan Meteorologi dan
Geofisika dalam mendukung pemantauan kualitas udara, ditampilkan pada tabel di
bawah ini.
METODA
SAMPLING DAN PERALATAN LABORATORIUM YANG DIGUNAKAN
BAB III
CARA KERJA
PENELITIAN
Alat
dan bahan penelitian
Alat
dan bahan yang saya gunakan sangat sederhana. Saya hanya melakukan penelitian
di kawasan jalan raya Margonda dan terminal Depok karena di kawasan itulah
pusat dimana banyak kendaraan bermotor.
Selain
itu saya sebagai warga depok sendiri bisa merasakan bagaimana udara di
kawasan kota depok walaupun udara di kota depok belum seperti udara di
kota jakarta tetapi itu sangat menghawatirkan karena berpengaruh terhadap
kesehatan warganya.
Saya juga melakukan penelitian dengan
browsing melalui internet, di internet kita bisa mengetahui segala hal yang
kita cari, saya juga membaca beberapa surat kabar kota depok mengenai
pencemaran udara di kota depok yang semakin hari semakin parah.
Langkah
kerja praktikum
Melalui
surat kabar yang saya baca dan berdasarkan penelitian saya. Tingkat polisi
udara di Kota Depok diperkirakan sangat signifikan, berdasrkan hasil kajian
yang dilakukan pihak BLH ditiga ruas jalan utama yakni, Jalan Margonda, Jalan
Raya Cinere, dan Jalan Raya Bogor. Tingkat polusinya sudah diatas rata-rata
angka 50 persen.
Tingginya tingkat pencemaran udara
disebabkan dua faktor, pertama, meningkatnya jumlah penduduk yang berkolerasi
dengan bertambahnya volume kendaraan.Kedua, banyaknya bengkel yang tidak
memiliki alat uji emisi.
Untuk
mengatasi masalah ini, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan
(Dishub) untuk melakukan uji emisi terhadap seluruh kendaraan di Kota Depok
baik itu kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
Serta melakukan pelbagai upaya menekan tingkat polusi, termasuk dengan membuat ruang terbuka hijau (RTH) dan penanaman pohon trembesi di sepanjang Jalan Margonda dan Jalan Juanda.
Serta melakukan pelbagai upaya menekan tingkat polusi, termasuk dengan membuat ruang terbuka hijau (RTH) dan penanaman pohon trembesi di sepanjang Jalan Margonda dan Jalan Juanda.
Sementara
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Depok Ulis Sumardi
mengungapkan, pihaknya membantu mengurangi polusi udara adalah dengan cara
melakukan penanaman pohon trembesi di sepanjang Jalan Margonda dan Jalan
Juanada. Sebab, pohon trembesi mampu menyerap karobonmonoksida yang dikeluarkan
kendaraan bermotor. Jalan Margonda akan menjadi paru-paru Kota Depok.
Berdasarkan Undang-undang no 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruangan, ujar Ulis, warga dan pemerintah diwajibkan
membuat RTH. “Warga hanya diwajibkan menyediakan 10 persen lahan hijau di
kediamannya, sedangkan kewajiban pemerintah adalah 20 persen. Jika perda
tentang RTH nanti disyahkan maka setiap orang wajib menjaga keasrian lingkungan
sehingga tidak dapat sembarangan menebang atau memangkas pohon yang telah ada.
Selain kawasan jalan Margonda dan
terminal depok ada satu lagi kawasan di depok yang termasuk rawan pencemaran
udara yaitu kawasan cimanggis yang menghubungkan ke daerah bogor. Disana adalah
kawasan industri oleh karena itu banyak pabrik-pabrik yang berdiri.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
Setelah
melakukan penelitia, kualitas udara Kota Depok bertambah buruk karena semakin
tingginya jumlah penduduk dankendaraan bermotor di kota itu. Kondisi itu
diperburuk dengan banyaknya daerah terbuka yang beralih fungsi menjadi kawasan
perbelanjaan atau niaga dan perkantoran. Berjubelnya jumlah kendaraan bermotor
dan bertambahnya penduduk penyebab buruknya kualitas udara di Kota Depok Dari
uji sampel Oktober 2010, kualitas udara terburuk ditemukan di Jalan Margonda
Raya. Rusaknya udara di pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan perbelanjaan
terbesar di Kota Depok itu karena tingginya mobilitas kendaraan bermotor.
Selain
Jalan Margonda Raya, kondisi udara di Jalan Siliwangi, Jalan Raden Ajeng
Kartini, Jalan Dewi Sartika, Jalan Nusantara juga sangat buruk. Namun tidak
seburuk di.Jalan Margonda Raya. Kualitas udara pada empat kawasan ini belumdi
ambang batas. Di Jalan Margonda banyak ditemukan partikel-partikel debu serta
balian kimia seperti asap dari knalpot kendaraan. Hal itu bisa berpengaruh pada
kesehatan pernapasan. Pendengaran juga bisa terganggu akibat dari suara bising
kendaraan.
Kota
Depok memang memiliki kawasan hutan yang berada di Universitas Indonesia hutan
tersebut memiliki peran penting untuk keseimbangan alam di kawasan kota depok.
Kawasan Hutan Kota yang dikelola UI mencirikan ekosistem hutan tropis dengan
tiga bentuk ekosistem unggulan yaitu:
·
Ekosistem
pepohonan yang bersumber dari Indonesia Bagian Timur,
·
Ekosistem
pepohonan wilayah Indonesia Bagian Barat
·
Komplek vegetasi
asli JABODETABEK yang dipadu serasi dengan zoning Hutan Jati Mas yang tumbuh
hijau menghampar diantara gedung Rektorat UI dan FASILKOM serta FISIP UI.
Pembahasan
Dampak pencemaran udara bagi kesehatan
Pencemaran udara merupakan masalah
global. Sumber pencemaran udara adalah terutama pembakaran bahan bakar fosil
untuk mendapatkan energi untuk industri dan transportasi.
Pencemaran udara pada dasarnya
berbentuk partikel (debu,
gas, timah hitam) dan gas (Karbon Monoksida (CO),Nitrogen Oksida (NOx), Sulfur Oksida (SOx), Hidrogen Sulfida (H2S), hidrokarbon).
Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya tergantung dari macam, ukuran dan
komposisi kimiawinya.
Secara
umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan
terjadinya:
1)
Iritasi pada
saluran pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat,
bahkan dapat terhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.
2) Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan
pencemar.
3) Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran
pernafasan.
4) Rusaknya sel
pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
5) Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang
pertumbuhan sel, sehingga saluran pernafasan menjadi menyempit.
6) Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.
Akibat
dari hal tersebut di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas
sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya
infeksi saluran pernafasan.
Tabel 1. Pengaruh Indeks Standar
Pencemar Udara (ISPU)
Tabel 2. Sumber dan Standar Kesehatan
Emisi Gas Buang
Sumber: Bapedal [2]
Dampak pencemaran udara bagi lingkungan
Dampak
terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan
tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan
penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik
hitam. Partikulat yang terdeposisi di
permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
Hujan
asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena
adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air
hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini
antara lain: Mempengaruhi kualitas air permukaan, Merusak tanaman, Melarutkan
logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air
tanah dan air permukaan dan Bersifat korosif sehingga merusak material dan
bangunan
Efek
rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana,
ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang
menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya
panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
·
Pencairan es di
kutub
·
Perubahan iklim
regional dan global
·
Perubahan siklus
hidup flora dan fauna
Kerusakan
lapisan ozon
Lapisan ozon yang
berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami
bumi yang berfungsi memfilterradiasi ultraviolet B
dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi
secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat
sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada
lapisan
ozon
Upaya untuk mengurangi dampak polusi
udara
Mengurangi jumlah mobil lalu lalang.
Misalnya dengan jalan kaki, naik sepeda, kendaraan umum, atau naik satu
kendaraan pribadi bersama teman-teman (car pooling).
Selalu merawat mobil dengan seksama agar
tidak boros bahan bakar dan asapnya tidak
mengotori
udara
Meminimalkan pemakaian AC. Pilihlah AC
non-CFC dan hemat energi.
Mematuhi batas kecepatan dan jangan
membawa beban terlalu berat di mobil agar pemakaian bensin lebih efektif.
Meminimalkan penggunaan bahan kimia.Menghiasi rumah dan lingkungan dengan tanaman asli.
Kalau toilet menggunakan pengharum ruangan, pilih yang tidak mengandung aerosol.
Jangan membuang sampah sembarangan, terutama di sungai, selokan dan laut.
Menggunakan lebih banyak barang-barang yang terbuat dari kaca/keramik, bukan plastik atau styrofoam.
Meminimalkan penggunaan bahan kimia.Menghiasi rumah dan lingkungan dengan tanaman asli.
Kalau toilet menggunakan pengharum ruangan, pilih yang tidak mengandung aerosol.
Jangan membuang sampah sembarangan, terutama di sungai, selokan dan laut.
Menggunakan lebih banyak barang-barang yang terbuat dari kaca/keramik, bukan plastik atau styrofoam.
Sebisa mungkin menghindari menggunakan
barang/produk dengan kemasan kecil (sachet) karena akan menambah jumlah sampah.
Membiasakan menggosok gigi dengan
menggunakan gelas, bukan menyalakan keran terus-menerus. Jangan sia-siakan air
bersih.
Sebisa mungkin menggunakan lap atau sapu
tangan untuk menggantikan tisu yang terbuat dari kertas.
Mengurangi belanja yang tidak perlu agar
tidak menimbulkan sampah di kemudian hari.
Membeli bensin yang bebas timbal (unleaded
fuel).
Memilih produk yang ramah lingkungan.
Misalnya parfum non-CFC.
Memakai plastik berulang kali. Sampah
plastik sulit diurai dan kalau dibakar menimbulkan zat beracun.
Tidak merokok.
Memilah antara sampah basah dan sampah
kering dan menyediakan tempat untuk keduanya.
Memfotokopi secara bolak-balik atau
memakai kertas yang sisinya masih kosong. Menghemat kertas berarti mengurangi
penggundulan hutan. Bumi yang hijau dapat menyerap polusi lingkungan lebih
baik.
Menggunakan lampu dengan kapasitas yang
tepat.
Bila kita menggunakan kamar kecil,
jangan lupa mematikan air setelah kita pakai. Ingat, semakin banyak air
terbuang percuma berarti kita turut memboroskan sumber daya alam.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan
dari penelitian ini adalah pencemaran udara selain disebabkan oleh faktor
alam, pencemaran udara lebih banyak disebabkan oleh manusia, misalnya dari
kendaraan bermotor, kegiatan industri dan sebagainya. selain dapat membahayakan
lingkungan, pencemaran udara juga dapat membahayakan kesehatan manusia.
Rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan juga berpengaruh terhadap kualitas
lingkungan sendiri, apalagi di jaman globalisasi ini pembangunana dimana mana.
Termasuk pembangunan pabrik yang kalau tidak di perhatikan dapat membahayakan
lingkungan.
Pencemaran
udara dapat memberikan dampak yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan
lingkungan hidup kurangnya perhatian dari pemerintah juaga memengaruhi
perkembangan pencemaran yang kian hari kian meningkat.
Saran
Menurut
saya masyarakat kurang memiliki kesadaran terhadap pentingnya menjaga
lingkungan, untuk itu perlu di adakannya sosialisasi mengenai lingkungan.
Sebagai pelajar kita juga memiliki peran, kita bisa memulai dari hal hal kecil
seperti menggunakan barang barang yang ramah lingkungan, mengadakan kegiatan
positif seperti penanaman seribu pohon.
Pemerintah
adalah pihak yang memiliki peran paling penting dan seharusnya pemerintah
menindak tegas para pelaku perusakan lingkungan , apalagi para pemilik pabrik
yang limbahnya berbahaya bagi kesehatan manusia, undang undang yang telah di
buat seharusnya ditegakkan agar tetap tidak terjadi pelanggaran.
Oleh
karena itu kita sebagai pelajar mulai dari sekarang harus memiliki kesadaran
akan pentingnya menjaga keseimbanga lingkungan dan kita juda bisa mempelajari
bagaimana cara mengurangi dan mengatasi pencemaran di bumi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah. Zat – zat Pencemar Udara
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah. Pengertian Pencemaran Udara
arhidayat.staff.uii.ac.id/2008/08/08/sumber-pencemaran-udara/
putraprabu.wordpress
- pencemaran-udara/
putraprabu.wordpress
- nitrogen-oksida-nox/
bmg.go.id - kualitas-udara.bmg
tegarrezavie.multiply.com
megagamega.wordpress – Pencemaran udara
www.radaronline.co.id/berita/read/9991/2011/mozile
untuk artikel lainnya mengenai kualitas udara dan solusinya visit www.cleanairindonesia.blogspot.com ya :)
BalasHapussemoga artikel ini bermanfat untuk saya dan pengguna ya ka
BalasHapustq
So No Hhhh
BalasHapus¹²³⁴⁵⁶⁷⁸⁹¹⁰
BalasHapusʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�
BalasHapusʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�ʀɢᴀ • HAD𝕗𝐟�
HapusBalas
Tambahkan komentar