Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Pancasila
merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia yang terdiri atas lima sila.
Terkait dengan hari lahirnya Pancasila, Presiden RI Soekarno mengemukakan
Pancasila dalam pidatonya, 1 Juni 1945. Dalam pidatonya, Presiden RI
pertama ini mengemukakan dasar pancasila, yakni internasionalisme, mufakat,
dasar perwakilan, dasar permusyawaratan, kesejahteraan, dan ketuhanan. Apakah
nilai- nilai dalam Pancasila masih diamalkan dalam kehidupan kita saat ini?
Menurut H. Said Akhmad Fawzy Zain
Bachsin, S. HI., Anggota DPD RI dari Provinsi Kalimantan Tengah,bahwa
kalau kita melihat keadaan bangsa Indonesia saat ini, peristiwa bentrokan antar
etnis, tawuran antar kampung, dan bahkan konflik antar penganut sesama agama
hanya karena beda paham dsb…, tentu semua orang tidak menghendaki dan tidak
senang dengan kejadian seperti itu. Oleh karena itu, kita perlu terus
meningkatkan rasa kebersamaan, rasa kebangsaaan dan persaudaraan.
Padahal,
lanjut Said Akhmad, para founding
fathers kita sudah
meletakkan dasar- dasar itu, yakni kebersamaan, kebangsaan dan persaudaraan.
Jika kita memahami dan melaksanakan prinsip- prinsip dasar para founding fathers kita, maka tentu kita akan dapat
bersatu.
”
Dasar negara kita itu adalah Pancasila dan akan kita peringati pada tanggal 1
Juni besok. Pancasila harus tetap menjadi landasan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Untuk dapat menyadari dan memahami bahwa Pancasila
adalah dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia, maka perlu sosialisasi dan
harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari- hari dan sosial,” ungkap Said Akhmad
kepada seputarnusantara.com di Gedung DPD RI- Jakarta, pada Rabu, 30 Mei 2012.
Said
Akhmad menjelaskan bahwa masyarakat perlu contoh atau suri tauladan dari para
pemimpin, tetapi sekarang ini, sangat minim sekali suri tauladan pemimpin.
Bahkan para pemimpin cenderung hedonis dan berlomba- lomba menunjukkan
kemewahan. Padahal suri tauladan para pemimpin sangat penting bagi masyarakat,
ada pepatah mengatakan : ” guru kencing berdiri, murid kencing berlari.”
”
Jadi kita tidak bisa menyalahkan masyarakat saja, tetapi juga harus meng-
evaluasi para pemimpin. Jika suri tauladan dari para pemimpin tidak ada, maka
masyarakat juga akan mencontoh perilaku para pemimpin sehingga terjadi berbagai
bentrok dan konflik sosial,” imbuhnya.
Lebih
jauh Said Akhmad memaparkan, bahwa faktor ketidak- adilan juga bisa memicu
konflik sosial. Pencuri coklat dihukum berat, sedangkan koruptor dihukum
ringan, bahkan masih banyak yang bebas berkeliaran.
”
Kita harus memahami dan mengamalkan 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara,
yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan
Bhinneka Tunggal Ika. Kalau kita sudah dapat menjalankan 4 pilar tersebut,
Insya Allah kita bisa menjalankan kehidupan bermasyarakat dengan baik dan
sejahtera,” tegas Senator dari Kalimantan Tengah ini.
Said
Akhmad menegaskan bahwa 4 Pilar tersebut perlu terus disosialisasikan dan
digelorakan kepada masyarakat. Kesadaran untuk memahami dan mengamalkan 4 pilar
sangat penting. Para pemimpin, birokrat, tokoh agama, tokoh masyarakat, pelajar,
mahasiswa, pemuda dan kita semua harus mengamalkan 4 pilar, sehingga kita bisa
hidup damai dan sejahtera, adil serta makmur.
”
Pancasila bisa mempererat bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis,
bahasa dan agama. Dari dulu, Pancasila sudah menyatukan bangsa Indonesia dengan
satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air. Kita adalah sebangsa dan sederajat
menurut falsafah Pancasila, sehingga persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI
bisa terjaga. Walaupun kita berbeda- beda dari berbagai bahasa, suku dan agama,
tetapi dengan Pancasila kita dapat bersatu,” pungkas Said Akhmad di penghujung
wawancara. (Aziz)
Sumber :
0 comments:
Posting Komentar